Tuesday, June 19, 2007
Si Gondrong
Suatu hari temanku mengundang aku ke pertemuan. Dijalan pulang dia sms aku dan tanya "langsung pulang atau ngelanjut?" maksudnya ngelanjut malam mingguan. Aku jawab "Pulanglah, besok mo ngedate ama kekasihku." Dia tanya, "Siapa? ... yah?" dan menebak. Aku jawab "Bukan... ama si Gondrong.... di gereja." Dia ketawa hehehe
Aku cerita keteman-teman juga, sejak itu mereka sering menggunakan istilah si Gondrong dalam hal ke rohanian aku. Misalnya: "Kemarin ngedate si Gondrong?" - Kemarin ke gereja? "Udah selesai ngedate si Gondrong-nya?" - Udah pulang gereja? "Ada cerita apa dari si Gondrong?" - Firman Tuhannya mengenai apa?
Mungkin sebagian orang yang mendengar ada yang berpendapat 'koq kurang ajar sih' or 'dosa lho' ada juga yg menganggab lucu dan gak sedikit yang merasa biasa aza tuh.
Sebenarnya dosa nggak sih?
Walopun aku punya alasan untuk sebutan itu tapi aku tetap ingin mengetahui jawabannya. Aku sudah tanya kebebrapa orang, yang menurut aku pantaslah untuk aku dengar pendapatnya. Pada dasarnya kalo orang yang dapat mengerti atau memahami, mereka tidak menjadikan hal itu suatu yang jelek atau berlebihan.
So... aku tetap comfortable dengan sebutan si Gondrong-ku
Allah yang aku sembah adalah Tuhan-ku, Bapa-ku dan juga Kekasih-ku. Selama aku bisa menempatkan diriku, dimana saat aku sebagai hamba dengan Tuhan-ku, sebagai anak dari Bapa-ku dan sebagai Kekasih-nya si Gondrong-ku, aku rasa itu bukanlah hal yang salah atau dosa.
Seperti halnya kita mempunyai kekasih atau pasangan hidup, atau bahkan teman akrab. Mereka pasti punya nama jelas dan nama panggilan, tapi kadang kita punya nama panggilan atau julukan tersendiri untuk mereka. Ada yang diambil dari bagian namanya, ada yg dari kata2 yang manis, ada yang dari ciri khasnya dan ada yang dari keunikannya, asal itu berkenan dan tidak menyinggung orang itu; akan membuat hubungan menjadi lebih indah dan memiliki keakraban tersendiri, kenapa tidak?
Yesus adalah kekasihku dan mempelaiku, si Gondrong adalah panggilan akrab/mesra-ku untuk NYA ;)
~In Him~
My Rock Star
Seorang teman bertanya: "Jen... kamu Kristen apa?" lalu dia bercerita tentang pengalamannya saat dia shoot salah satu upacara gereja orang Kristen, khususnya disaat puji-pujian dan penyembahan, ada yang begini begitu.... Aku hanya tersenyum saat mendengar ceritanya, setelah selesai, aku menjawab "Yup... itu Kristen yang aku anut." dan aku menerangkan sedikit tentang apa yang dia lihat.
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku mendengar pertanyaan atau pernyataan tentang cara pujian dan penyembahan orang Kristen Pantekosta, yang cukup membingungkan bahkan mungkin menakutkan bagi orang yang belum mengerti atau memahami. Jangankan teman-ku yang berbeda kepercayaan, yang 1 (satu) kepercayaanpun, namun berbeda nama atau cara, sering mempertanyakan bahkan tak segan-segan mencemooh.
Di waktu yang berbeda, dia menanyakan lagi "...di saat seperti itu (puji-pujian dan penyembahan) apa yang kamu dapat?"
Aku bukan (well... harusnya aku bilang "belum" coz you never know) pendeta, jadi aku menjawab sebisa dan sejauh yang aku paham dan rasakan:
Saat itu aku tidak mendapatkan apa-apa, hanya suka cita. Aku/kita sudah mendapatkan keselamatan, hal yang baik dan bagus, berkat dan kebaikan, yang DIA berikan dan lakukan pada kita. Dan sebagai tanda terima kasih kita padaNYA, disaat pujian dan penyembahan itu, kita bersuka cita untuk menyenangkan hatiNYA. Jika kita merasa suka cita, senang dan bahagia sprit didalam diri kita terkadang tak terkendalikan dan masing-masing orang mempunyai cara sendiri untuk meluapkan semua itu. Itulah yang di rasaan oleh aku/kita, jadi ada tepuk tangan, menari, meloncat-loncat dan menangis.
Seperti halnya menonton concert Penyanyi atau Group Band kesukaan atau yang di idolakan. Kita sering lihat di TV atau baca surat kabar bagaimana reaksi penonton saat melihat idola mereka menyanyi atau beraksi di panggung; mereka bernyanyi, bertepuk tangan, berloncatan, berjoget, menjerit histeris bahkan ada yang sampai pingsan. Walo mereka harus mengantri jauh sebelum waktu pertunjukan dimulai dan berdesak-desakan, mereka lakukan hanya untuk melihat sang idola.
Apa yang mereka dapat saat menonton concert itu??
- Mendengar lagu-lagunya? Pasti sebagian besar dari mereka telah memiliki kaset atau cd-nya, terbukti saat sang idola menyanyikan lagu-lagunya, mereka turut bernyanyi.
- Melihat sang Idola? Mereka bisa atau sering lihat di TV; Ok tidak secara dekat atau langsung, disaat nonton concert itupun kebanyakan dari mereka tidak bisa melihat dari dekat atau langsung; makanya kadang disediakan layar-layar besar, apa bedanya dgn TV.
- Menikmati suasananya? Dengan mengantri berjam-jam, berdesak-desakan dan tidak ada kenyamanan; suasana apa yang bisa dinikmati?
Disaat kita orang Kristen (Pantekosta) melakukan puji-pujian dan penyembahan, kita bersuka-cita untuk "menyenangkan hati Bapa" kita, dengan cara dan reaksi kita masing-masing yang berbeda tapi satu melody.
Seperti halnya menghadiri concert dan Rock Star-nya adalah Jesus Kristus :)
Inilah jawaban aku... semoga bisa dimengerti dan dipahami.
Tuhan menciptakan kita bermacam ragam dan masing-masing kita memiliki keunikan tersendiri, apapun cara kita untuk menyenangkan hatiNya selama itu berkenan bagiNya... tidak ada peraturan atau cara yang membatasinya; karena itu adalah antara kita dan Dia. Kita tidak harus mengikuti cara apa yang orang lakukan "just be yourself" seperti yang Tuhan ciptakan. Dan janganlah kita menghakimi atau menilai cara-cara yang berbeda dengan kita, bukan hak dan wewenang kita, biarlah hanya DIA yang menilai.
~In Him~
Tuesday, June 5, 2007
Apa Yang Mendorong Kehidupan Anda?
Aku Melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh perasaan iri hatinya [Pengkhotbah 4:4]
Kehidupan setiap orang didorong oleh sesuatu. Ada ratusan kondisi, nilai, emosi yang bisa mendorong kehidupan.
5 pendorong yang paling umum adalah:
- Rasa Bersalah
- Kebencian dan Kemarahan
- Rasa Takut
- Materialisme
- Kebutuhan akan Pengakuan
1. Rasa Bersalah
Berlari dari rasa penyesalan dan menyembunyikan rasa malu. Mereka yang didorong oleh rasa bersalah dimanupulasi oleh ingatan-ingatan. Membiarkan masa lalu mengendalikan masa depan mereka; dan tanpa disadari mereka seringkali menghukum dirisendiri dengan merusak keberhasilan mereka sendiri.
Kita memang produk dari masa lalu kita, tetapi bukan berarti kita harus menjadi tawanan masa lalu kita. Tujuan Allah kepada kita lebih besar dan tidak dibatasi oleh masa lalu kita. Dia mampu melakukan hal-hal ajaib dalam sisa hidup kita, Dia ahli dalam memberi suatu awal yang baru bagi kita.
2. Kebencian dan Kemarahan
Mempertahankan kepahitan dan tidak pernah sembuh dari luka-luka yang dihasilkan. Bukannya melepaskan penderitaan melalui pengampunan, tapi sebaliknya mereka mengulanginya berkali-kali dalam pikiran mereka. Sebagian dari mereka bersikap "bungkam" menyimpan sendiri kemarahan mereka dan sebagian lainnya bersikap "amat marah" mencetuskan kepada orang lain. Kedua sikap itu tidaklah sehat dan tidaklah berguna.
Harus diingat, kebencian selalu lebih melukai kita ketimbang orang-orang yang kita benci. Mungkin mereka telah melupakan apa yang mereka perbuat kepada kita dan melanjutkan hidupnya; tapi kita masih mengabdikan masa lalu sehingga terus dipenuhi oleh penderitaan. Kita melukai diri kita sendiri dengan menyimpan kepahitan-kepahitan itu. Tidak ada yang dapat merubahnya selain kita sendiri. Demi diri kita, belajarlah dari masa lalu dan jangan mengingatnya lagi. Alkitab berkata, "Hanyalah orang bodoh saja yang mati sebab sakithatinya."
3. Rasa Takut
Ketakuatan yang mungkin diakibatkan dari pengalaman traumatis, harapan-harapan yang tidak masuk akal, bertumbuh dalam keluarga yang keras, atau bahkan genetik. Apapun penyebabnya, mereka yang didorong oleh rasa ketakutan sering kali kehilangan kesempatan-kesempatan besar karena mereka takut untuk menanggung resiko.
Ketakukan adalah penjara yang dibangun oleh diri sendiri yang menghalangi kita untuk menjadi seperti yang Allah inginkan. Kita HARUS melawannya dengan senjata iman dan kasih. Alkitab berkata, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakukan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih."
4. Materialisme
Keinginan untuk memiliki menjadi sasaran utama dalam kehidupan karena didasari oleh kesalah pahaman bahwa memiliki lebih banyak akan membuat orang lebih bahagia, lebih penting, dan lebih aman. Ketiga gagasan itu tidaklah benar! Semua itu hanya bersifat sementara dan hanya mitos yang mengatakan bahwa jika kita mendapatkan/memiliki lebih banyak, kita akan menjadi penting.
Nilai diri kita tidaklah sama dengan nilai dari apa yang kita miliki, kita perlu catat itu! Nilai kita tidak ditentukan oleh barang-barang berharga yang kita miliki; dan Allah berfirman bahwa hal-hal yang paling berharga dalam kehidupan bukanlah barang-barang! Rasa aman yang sesungguhnya hanya bisa ditemukan di dalam sesuatu yang tidak bisa diambil dari kita, yaitu hubungan kita dengan Allah kita.
5. Kebutuhan akan Pengakuan.
Mencoba menyenangkan orang lain dan membiarkan harapan-harapan orang-tua, pasangan, anak, teman atau orang lain mengendalikan kehidupan mereka. Selalu kuatir dengan apa yang orang lain akan pikir.
Berusaha menyenangkan orang lain adalah salah satu kunci menuju kegagalan dan dikendalikan oleh pendapat-pendapat orang lain adalah cara yang pasti kehilangan tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita. Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan."
Ada kekuatan-kekuatan lain yang bisa mendorong kehidupan kita, tetapi semuanya tidak akan membawa kita kepada kebahagiaan; semua itu hanya membawa kita ke jalan yang buntu: potensi yang tidak digunakan, rasa tertekan yang tidak perlu dan kehidupan yang tidak memuaskan.
Tidak ada hal yang lebih penting daripada mengetahui tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita, dan tidak ada yang bisa mengantikan kerugiannya jika kita tidak mengetahui tujuan-tujuan tersebut. Tanpa suatu tujuan, kehidupan tidak akan berarti.
Sunday, June 3, 2007
Kasih Allah Luar Biasa
Temen-teman sadarilah kasih Allah kepada kita sungguh sangat Luar Biasa.
Sebagai manusia kita menyadasari kadang kita merasa tidak pantas berada di suatu lingkungan, malah terkadang dilingkungan keluarga kita sendiri, oleh karena kekurangan yang ada pada diri kita, perbedaan yang melekat pada kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat, atau mungkin karena kita memang tidak pernah diinginkan, dan alasan-alasan lainnya. Sehingga membuat kita menjadi kecil hati, merasa terpojok & meratapi diri sindiri.
STOP!! Jangan biarkan mata-mata manusia itu menjadikan kita orang yang lemah dan kalah. Liatlah diri kita dari mata yang Menciptakan kita. Kelahiran kita, keberadaan kita bukanlah suatu kebetulan. Allah sudah merencanakan dan merancang kita, jauh sebelum kita ada dalam benak orangtua kita. Kita ada karna kasihNya, Allah menciptakan kita untuk kesukaanNya dan Dia membuat kita bukan cuma untuk sekedar ada tp untuk suatu alasan.
Mungkin dimata manusia kita direndahkan, kita tidak berguna, kita berbeda, kita anak haram atau kita bukan anak yang diinginkan, SO WHAT?? Allah kita yang menginginkan kita ada, itu yang terpenting! Bukan mereka yang membuat kita ada, tapi Allah sendiri yang menciptakan kita dari dan karena kasihNYA.
Allah tidak pernah membuat kesalahan, Allah yang menginginkan kita ada. Dia yang merancang kita untuk setiap bagian dari tubuh kita, Dia yang memilih ras, warna kulit, rambut dan karakteristik kita. Dia juga yang menentukan keunikan pribadi kita dan talenta-talenta alami yang kita milik. Dia yang menentukan kapan, dimana dan dari mana kita lahir, dari kebangsaan mana, suku mana, dan keluarga mana; dan Dia juga yg mementukan berapa lama kita hidup. Semua Allah yang menentukan dan Dia mempunyai alasan dan tujuan dalam menciptakan kita.
Dimata Allah, kita berharga karena kita adalah ciptaanNya, yang mempunyai keunikan tersendiri baik yg terlihat (jasmani) maupun yang tidak. Kita tidak perlu menjadi orang lain hanya karena kita ingin diterima, dipandang atau dihargai. Keunikan & karakteristik kita merupakan karunia yang Dia berikan pada kita; untuk rencanaNya. Kita ada karena KasihNya. Kita tidak perlu malu akan diri kita sendiri dan menyembunyikan jati diri kita; apalagi hanya karena asal-usul dan kesalahan-kesalahan atau kegagalan-kegagalan yang pernah kita alami. KasihNya menciptakan kita dan kasihNya juga mengizinkan beban-beban yang berat dan tidak menyenangkan terjadi pada kita karena Dia mempunyai tujuan dalam hidup kita.
Lalu... Apa rencana dan tujuan Allah pada kita? Kita tidak akan pernah bisa memahami dan menemukan jawabannya jika kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri.
Tanyakan pada Allah! Dialah titik awal kita diciptakan. Dialah yang mempunyai jawabannya; dan Dia telah memberikan kita buku panduanNya, Alkitab. Didalam Firman-Nya, Dia menyatakan tentang makna & arti kehidupan untuk kita jalani. Kita dijadikan untuk Allah, menjalani hidup berarti membiarkan Allah memakai kita bagi tujuan-Nya.
Ingat... Kita ada hanya karena Allah menghendaki kita ada dan kita diciptakan oleh karena dan untuk tujuanNya, kita harus memahami ini terlebih dahulu, untuk dapat memahami dan mengerti apa rencana dan tujuan Allah pada kita.
Allah adalah titik awal dalam kehidupan kita dan Dialah sumber kehidupan kita.
Carilah Kerajaan Allah terlebih dahulu, dan kita akan mendapatkan jawabannya.
Kita semua adalah ciptaanNya yang Dia rancang, Dia tentukan dan Dia kehendaki dengan keunikan dan perbedaan-perbedaan yang ada pada kita; sebagai orang-orang Percaya, hendaklah kita tidak lagi melihat orang lain berdasarkan asal-usul atau perbedaan-perbedaan yang ada. Kita ada karna KasihNya... dan alirkanlah kasih itu kepada yang lain melalui kita yang Percaya padaNya. Kasih Allah Luar Biasa... dan masih cukup untuk diberikan kepada yang lain, buatlah itu agar namaNya dimuliakan.
~In HIM~
Thursday, May 31, 2007
Anda Ada Bukan Karena Kebetulan
Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan. Yesaya 44:2a
Kelahiran kita bukanlah suatu kesalahan atau kesialan, dan kehidupan kita bukanlah yang tidak diharapkan alam. Orangtua kita mungkin tidak merencanakan keberadaan kita, tetapi Allah merencanakannya. Dia tidak terkejut sama sekali dengan kelahiran kita. Sesungguhnya, Dia mengharapkannya. (Indah sekali yah...)
Jauh sebelum kita ada dalam benak orangtua kita, kita sudah ada dalam pikiran Allah. Bukan karena nasip, kesempatan, keberuntungan, dan juga kebetulan kita bernafas saat ini, kita hidup karena Allah ingin menciptakan kita! Alkitab berkata: "Tuhan akan mengenapi tujuan-Nya bagiku." Dia merancang dan membuat kita seperti yang Dia inginkan; talenta alami yang kita miliki dan keunikan dari kepribadian kita, Dia juga yang menentukan.
Allah membuat kita untuk suatu alasan. Dia memutuskan kapan kita dilahirkan dan berapa lama kita hidup, Dia terlebih dahulu merencanakan hari-hari hidup kita, memilih waktu tepat untuk kelahiran & kematian kita. Allah juga merencanakan dimana kita akan dilahirkan, dimana kita akan hidup, ras & kebangsaan kita bukan suatu kebetulan, Dia merencanakan semuanya untuk tujuan-Nya.
Tidak ada satu halpun dalam hidup kita terjadi dengan sendirinya, semuanya untuk suatu tujuan. Yang paling mengagumkan, Allah menentukan bagaimana kita dilahirkan. Allah memiliki rencana ketika menciptakan kita; tidak perduli apakah orangtua kita baik, buruk, atau acuh tak acuh, Allah mengetahui bahwa mereka berdua benar-benar memiliki sifat-sifat genetik & DNA yang tepat untuk menciptakan "kita" yang sudah ada dalam pikiran-pikiran-Nya. (wow...)
Walaupun ada orangtua yang tidak sah, tidak ada anak-anak yang tidak sah; banyak anak yang tidak direncanakan oleh orangtua mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak direncanakan oleh Allah. Allah tidak pernah melakukan apapun secara kebetulan, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan. Dia memiliki alasan utuk segala sesuatu yang Dia ciptakan, termasuk kita. Motivasi Allah dalam menciptakan kita adalah kasih-Nya.
Allah memikirkan kita bahkan sebelum Dia menjadikan dunia ini; inilah sebabnya Dia menciptakan dunia, merancang lingkungan planet ini hanya agar kita bisa hidup di dalamnya. Kita adalah pusat kasih-Nya dan merupakan yang paling berharga dari semua ciptaan-Nya.
Kita diciptakan sebagai sasaran kasih Allah; jenis kasih yang sulit untuk dipahami, tetapi benar-benar dapat dipercayai. Allah menjadikan kita supaya Dia dapat mengasihi kita. Inilah sebuah kebenaran untuk dijadikan landasan kehidupan kita.
"Allah adalah kasih." Allah menjadikan kita untuk suatu alasan dan kehidupan kita memiliki makna yang luar biasa! Kita dapat menemukan makna & tujuan tersebut hanya apabilan kita menjadikan Allah pokok acuan kehidupan kita. "Satu-satunya cara yang tepat untuk memahami diri kita adalah melalui keberadaan Allah dan apa yang Dia kerjakan bagi kita." Roma 12:3
Bab ini membangkitkan aku dari keterburukan hidupku, merasa tak diinginkan & tak terpilih. Mungkin aku tidak berarti dibeberapa pasang mata manusia, tp aku sangat berarti dimata Penciptaku dan aku ada karena Allah-ku mempunyai tujuan untuk hidupku. Dialah pokok acuan kehidupanku. Bab ini tidak hanya membangkitkan aku, tp juga membuat aku ingin memberitahukan kepada teman-teaman-ku, malam itu juga aku sms mereka memberitakan betapa bagusnya buku ini.
Semuanya Diawali Dengan Allah
Sesungguhnya Untuk Apakah Aku Ada?
- Aku Dirancang Untuk Kesukaan Allah (Penyembahan)
- Aku Dibentuk Untuk Menjadi Keluarga Allah (Persekutuan)
- Aku Diciptakan Untuk Menjadi Serupa Dengan Kristus (Pemuritan)
- Aku Dibentuk Untuk Melayani Allah (Pelayanan)
- Aku Diciptakan Untuk Sebuah Misi (Penginjilan)
Mengetahui tujuan Allah bagi hidup kita & memahami gambaran besar bahwa semua bagian dari kehidupan kita saling bersesuaian; akan mengurangi rasa ketertekanan kita, sehingga mempermudah kita untuk mengambil keputusan, meningkatakan kepuasan & yang terpenting mempersiapkan kita dari kekekalan.
Semuanya Diawali dengan Allah
Tujuan hidup kita lebih besar dari yang pernah kita pikirkan. Lebih besar dari prestasi pribadi, ketenangan pikiran, kebahagiaan, keluarga & karier kita; bahkan dari mimpi-mimpi dan ambisi-ambisi kita.
Ingatlah, kita dilahirkan OLEH tujuan-NYA dan UNTUK tujuan-NYA.
Memusatkan perhatian pada diri sendiri tidak akan pernah menyingkapkan tujuan hidup kita. Kita tidak akan menemukan makna hidup dengan mencarinya didalam diri kita sendiri. Bukan kita yang menciptakan diri kita, jadi kita sama sekali tidak mengetahui untuk apa kita diciptakan. Kita ada karena Allah menghendaki kita ada, kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah; sebelum kita memahaminya, kehidupan tidak akan pernah bisa kita pahami.
Bagaimana cara kita menemukan tujuan Allah menciptakan kita? Tanyakan pada yang mencipta, jangan berspekulasi, menebak atau menduga-duga. Tanya pada Allah, dengan Alkitab sebagai buku Panduan kita, yang menjelaskan mengapa & bagaimana kita hidup, apa yang harus kita hindari dan apa yang bisa terjadi pada masa depan. Alkitab menjelaskan apa yang tidak mungkin diketahui dari buku-buku untuk menolong diri sendiri ataupun buku-buku fisafah.
Allah adalah titik awal dan sumber kehidupan. Untuk menemukan tujuan hidup kita, kita harus melihat Firman Allah, kita harus membangun kehidupan kita di atas kebenaran-kebenaran kekal.
"Di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya" Efesus 1:11. Ayat ini memberikan 3 wawasan ke dalam tujuan kita:
- Kita menemukan identitas dan tujuan kita melalui hubungan dengan Yesus Kristus.
- Tujuan-Nya bagi kehidupan kita telah ada sebelum keberadaan kita. Dia merencanakanNya sebelum kita ada.
- Tujuan hidup kita sesuai dengan tujuan yang jauh lebih besar dan menyangkut alam semesta yang telah Allah rancang bagi kekekalan.
Tanpa ALLAH hidup tidak bisa dipahami.
The Purpose Driven Life - Bab 1
Tuesday, May 22, 2007
My Premature Baby
My husband (then) was surprised when he heard the news, right after he arrived in harbor. My aunt, who was in trip with my mom, called the doctor to find out what really happen & asked what would be done, coz she saw her sister so quite & stress out.
Actually my baby was not due till couples more weeks, it was only 32 weeks; he wasn’t old enough to be born, so doctor asked me to take fully bed-rest for 3 days, while he gave me some injections & medicine for making my baby stronger. The night before the caesarian, doctors came to us & explained all the possibility that might happen & what might be done, and asked our permission to do so. My doctor also informed us that he called Prof. Dr. Monintja, specialist for baby premature, to take care of the baby after he born; because two week ago there was a similar case, but the baby couldn’t make it. After hearing all the explanation, we just prayed that everything would be fine & I knew… they would do their best for me & my baby.
I realized my pregnancy was different from the first one. Unlike his older bother, Dimi, who was so calm while in my womb, which sometime made me so worry & asked him to move or gave me a sign that he was fine; this one (second baby) was so active, moving & kicking a lot, this caused his placenta twisted around his neck & he wasn’t in the right place, his head was on the top, there was no question I need an operation for his birth. I quest he couldn’t stand any longer in my womb, he just wanted to get out to see his parents & bother; but… he didn’t know the way out :) We know it would be another boy so his dad already had name for him: Aristotelis Justin Balaskas (Telis).
Friday morning, August 15, 1997 I went to the operation room; I didn’t know anything and what happened, until his dad told me. The baby wasn’t cry! Few hours later, doctors told us what actually happened & what they had done to save him. After the birth, they let Telis tried to breathe by him self, but his lung couldn’t blow; therefore, they decided to give him the injection of sufactam (twice) directly to his lung, to help it blow. His condition was not really good, yellow & need a blood transfusion too and had to be placed in incubator.
The next day, when I was able to walk, with all the pain I still had, step by step I slowly moved my feed to his room and I saw him for the first time. He was so weak & small, weight only 2 kg. With an infant breathing aid through his nose, an intravenous injection in his tiny hand and all the medical apparatus around his tiny body, he laid there alone receiving no hugs, no kisses and no one who hold him, only the warmth of an incubator. I stand close to him, genteelly caress his tiny hand and told him how I love him, how I wanted him to fight and get well, so he could go home with us. When the doctors came, they told us that the day Telis was born, they had done all they can to help him alive, but they cannot guaranty anything, there was no definite predicament of what might happen to him in the future; and we had to be prepare for all the possibilities, event the worst.
On the third day, while we were visiting him, his condition has suddenly worsened. The nurses tried to help him, but he didn’t improve, so they called the doctors; in a minute, the situation became so intends. We couldn’t do anything we just stand there outside the room tried to be calm, while watching them trying to re-stabilize his condition. I asked his dad “What’s happen?” he reply: “I don’t know, it had happen earlier during the day as well.” Seeing all the equipments that had been prepared to help him, including the heart pumping machine, I felt helpless & asked myself how could my baby’s tiny body could take that? At that moment, I surrender & said: “God… if you want to take him, take him! But if you believe I can take care of him, please…. give that chance!” Not long after that Telis’ condition was improving and continues to become better; that incident had never happen again.
After three weeks fought for his life inside the incubator, the glorious day has finally arrived. We were finally able to take Telis home to be with his family that long been waiting for him. His small body, tiny arms and legs discouraged me to hold him in my arms; while he was at his grandma’s arms, he opened his big round eyes & gave me a warm glare. I was grateful that God has given me the opportunities to look after him and that was the beginning of my journey of what God’s believe in me.
Physically, Telis grown almost like a normal baby, only his food is shorter then another, and he respond well when we called or played with him; however, due to his premature birth, he had some imperfect organ inside, such as: a little problem with his lung, asthma, hole in his heart and 3 hernias; but all that cases were shadowed by his charming smile. When we asked whether or not he need any operation, Dr. Monitja, with his wise word, said: "Just wait and see, it will be much better if you ask God for the cure than the operation.’"
As time went by, we were also notice that Telis was slow in growth and was not interested in television or any other activities that other children his age would be attracted too; first, we thought, it was normal for a premature baby, but we were wrong. Premature or not, babies are babies, they should growth in their path; if they are not, it could be meant something might be wrong or need some actions.
Then his doctor referred him to check his eyes to Dr. Rini, the result turned out his vision was +5 like an elderly person; that explained why he wasn’t really exciting with television, because he couldn’t see clearly. He might need to use glasses to see, but meanwhile Dr. gave him vitamin to improve his vision & he has to take several tests for his eyes & brain. The results EEG Report (for eyes): his eye balls didn’t move balance. ERG report: His right eyes weaker then his left one. CT-Scan: his left brain is smaller than his right side this effected his motorist skill and needed to have therapy to improve it. Dr. Rini invited me to the parents meeting who has same problems like mine, she prepared us for the worst possibility that might happen like blindness.
Although he grown like a normal kids, but he still couldn’t walk by himself, we took him to Dr. Subroto, in 2000 Telis had an operation for his tendon, in both feed, to make his feed set on the ground in the right position. In 2004 he had another operation for his lazy eyes. To see how he was, Dr also suggested taking an IQ test, the result was not that good, and he couldn’t go to a regular school, he should go to a special school.
I took everything about Telis quite well, I was not complaining, I just thankful for having him. I remember the first time I took him for the therapy… I couldn’t thankful enough to see that my baby was still much better, there were many parents that had to go trough the situation that harder than mine & I prayed for them to have extra ordinary strength. Kids like ours are special, if God gave us trust to have them, its means we are just different and there are something more about us in God’s eyes.
So… what happen with my Telis now??
Do you believe in miracle?! Yes… miracle do happened, for me there are many types of miracle: “miracle” – MIRACLE – MIRACLE - MIRACLE
The chance that God gave to me, not only add happiness but also a life learning opportunity for me. The birth of Telis made me became a better person by allowing me to see, accept and embrace all deficiencies and extra abilities in every human being and my journey with him makes me able to understand better the meaning of surrender, grace and love; those are miracles that God gave to me.
jg: TQ Lord for the chances & opportunities. TQ to all the doctors, nurses & others for taking care of my boy. TQ mom, mba Fifa, Iyam (Telis' nanny), family & friends who always there for me & my kids, love you all.
Thursday, May 17, 2007
Aphrodite
About a year after Telis, my 2nd son, was born prematurely with some complications, I found out that I was once again expecting another baby. I wasn’t ready for another one, because Telis needed extra attention & I was afraid that I will not have extra time to take care of him (it was a stupid conclusion*). And so I decided to have an abortion & didn’t talk much about that matter (a decision that I later on regret in my life*).
Years later after I became a single parent, I was working on my computer one (really) late night and was listening to music while the kids were at my mom’s. “Mommy!” I suddenly heard a child’s voice calling. I stood up and turned down the volume to listen more carefully. I tried calling my housemaid, asking if the kids were home and no one answered, as she was already fast asleep. I tried to ignore it, thinking that it must have been just in my head, and focus back to work, when suddenly I heard it again. “Mommyyyy,” the voice was calling for the second time. It got me scared and I called my friend right away. After that night, I never hear that voice again. However, I feel that the child seemed to have tried to approach me in different way. Sometimes when I was checking my kids’ room, even when the boys were not there, I feel like as if there was a child playing in the room. When the boys were having their after school activities, I heard noises as if they were home, but they were not.
The following day, after our evening coffee, I talked to Pak Dra, about it along with some other friends. Unexpectedly, the husband & boyfriend of my girlfriends had experienced similar things. During lunch time, I continued the discussion with Anes and some friends. I was searching for a boy’s name (intending to give the child a name as has been suggested earlier by Aloy), when my friends started to notice that my mind wasn’t focus and I was looking disturbed. Anes decided to call his friend, who knows much about this kind of things and offer me to share with him my experiences. I asked him a lot of questions and he answered them, but, I wasn’t ready for what comes next. He mentioned to me that the child was there beside me as we speak and I was speechless. Anes took over the phone and ask him one last question. “Oh... It’s a girl,” Anes said. A baby girl!!!… I had always wanted a girl. When I heard Anes’ friend described her, I smiled, she look like her brother, Dimi. “Is she about 7 years old?” he asked. I was astonished. Even only a soul, she grows as a 7 year old. After all of that, part of me felt bad for what I did, but another part of me felt happy knowing I have a girl.
One of my friends had given me the book called ‘Mystery of Life’ according to Pdt. Yusak Tjipto. Even though it doesn’t specifically discuss the topic of unborn child, it still gives me some ideas about the life after dead. I also remember what I read in ‘The Purpose Driven Life,’ where God created us even before our parents made us. When we are expecting a child, God gave another SOUL in our body that we are resposible for, born or unborn, wanted or unwanted. My conclusion to all these incidents was that my baby girl just wants to be remembered that she existed, even though she was not born into this world.
Time goes by, with all the goods & bads that happen in my life; I never thought my action will affect me this much, but I learn something from it. When my premature son’s conditions worsen, I remember saying to God: “God if you want to take him, take him! But if you believe that I can take care of him, please give me a chance!” He gave me that chanced and I was pregnant once again, a year later. Why should I be afraid? How silly of me to think that way. He knew that I can take care both of them and that is why He has given me another gift of life. If… and only if, I have this faith at that time, the story will be different, but we cannot live with ‘what if’, this is one good lesson for me. When God give us something in our life, He knows that we can handle it, so we should have fate in Him because He will walk with us.
I know one of my calls in life is to care for children like Telis & other unwanted children. My baby girl woke me up. “Mom… you forget about me!” I did try to, but NO… I don’t and I won’t. You are part of me, I love you, and you are my baby girl, Aphrodite Jennifer, I will meet you in His kingdom.
Thursday, March 22, 2007
The Purpose Driven Life
Since I was young, my life is a happy one and with many blessings. Although, my parents were separated when I was four, my older brother and I lived comfortably had a good upbringing. Our family was not rich, nor poor, but we have more than enough love and attention to go around. I grew up as a cheerful girl and many people who knew me often say that I’m a good, kind, nice and thoughtful person.
Matthew 11:28
Come to me, all of you who are tired from carrying heavy loads, and I will give you rest.
Blessed is the man that trusteth in the LORD, and whose hope the LORD is. For he shall be as a tree planted by the waters, and that spreadeth out her roots by the river, and shall not see when heat cometh, but her leaf shall be green; and shall not be careful in the year of drought, neither shall cease from yielding fruit.