Wednesday, July 9, 2008

The Purpose Driven Life


Disaat masalah dan yang tak terduga terjadi di dalam hidup kita, dunia terasa begitu kejam dan kita menjadi berteman dengan pikiran-pikiran negative. Kita kehilangan kuasa, kita menangis, kita menyalahkan diri sendiri, dan kita dipenuhi dengan “seandainya” dan “kenapa?” Kita tidak mengetahui siapa diri kita lagi dan kita bisa merasa tidak berharga. Kadang kala, kita mungkin berfikir untuk mengakhiri hidup dan berharap semua ini tidak pernah terjadi pada diri kita.

Sejak aku kecil, hidupku cukup bahagia dan diberkati. Mestipun, orangtuaku telah berpisah saat usiaku 4 tahun, kakak laki-lakiku dan aku hidup dengan nyaman yang memberikan pertumbuhan yang baik. Keluarga kami tidak kaya, tidak juga miskin, tapi kita mempunyai kasih sayang dan perhatian yang lebih dari cukup untuk semuanya.

Aku tumbuh sebagai anak yang ceriah, dan banyak orang yang mengenal aku sering kali mengatakan bahwa aku orang yang baik, ramah, menyenangkan dan penuh perhatian. Kemudian, aku mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mendapatkan gelar dari luar negeri. Aku menikah dengan kekasih kampusku, mendapatkan pekerjaan yang layak dan dianugrahi 2 anak laki-laki yang cakep… Apa lagi yang harus aku minta? Dunia terasa begitu bersahabat dan indah; seluruh hidupku hanya untuk suamiku, anak-anakku dan keluarga kecil kami.

Tanpa peringatan tiba-tiba thunder menghantam, lalu diikuti dengan angin topan yang akhirnya menghancurkan perkawinanku. Aku hancur berantakan dan bingung, seperti anak ayam yang tiba-tiba kehilangan induknya. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan atau harus memulai dari mana; dan mulai menyalahkan diriku sendiri dengan kegagalan perkawinan ini.

Semua mimpi untuk masa depan anak-anakku yang cemerlang tiba-tiba menjadi gelap; bahkan menakutkan bagiku untuk berfikir, apa yang akan terjadi pada mereka tanda ada sosok ayah dalam keluarga.

Segala hal kemungkinan yang seharusnya aku lakukan yang mungkin bisa membertahankan rumah tanggaku memenuhi pikiranku. “Seandainya saja” dan “Kenapa” menghantui aku. Hilang dari bumi ini dan jauh dari semua orang yang aku kenal adalah pilihan yang terlintas di benakku. Tidak mudah; itu adalah saat tergelap dalam hidup aku.

Dengan sedikit harapan, aku coba untuk mengumpulkan pecahan-pecahan hidupku, menatanya menjadi satu kembali, dan berharap untuk akhir yang lebih baik; tapi tiba-tiba badai lain menghantam. Awan hitam yang tidak aku inginkan kembali datang dan menutupi matahari; hujan lebat turun dan membawa pergi kepercayaan diriku.

Sekali lagi, aku tenggelam kehilangan kuasa atas hidupku. Semua akar pahit dalam hidup aku menjadi hal yang besar, dari anak yang tidak diinginkan sampai menjadi bukan yang terpilih.
“Kenapa? Kenapa? Apakah aku begitu buruk, sehingga tidak ada yang menginginkan aku?” Aku merasa sangat tidak berharga.

Sisi malaikatku dengan sayap yang patah, berusaha dengan keras untuk bisa berdiri dengan yakin tanpa memperlihatkan sakit & kelemahan; namun, sisi iblisku begitu semangat untuk mengambil alih hidupku, mencoba menjadi pahlawan bagi malaikatku. Saat itu, aku tidak mengetahui siapa aku lagi. Aku terlalu letih dengan diriku.

Untungnya, saudara-saudara dan teman-teman aku yang sangat peduli akan diriku, selalu ada untuk menjaga aku dan memastikan aku untuk tetap berada dalam jalur yang benar.

Aku ingat bahwa aku masih memiliki Jesus, lalu aku datang padaNYA dan menangis dikakiNYA, meminta pertolonganNYA untuk aku bisa membawa semua bebanku. Aku mulai pergi ke gereja lagi dan sudah sekian lama sejak aku mengunjuingi DIA. HE’s so unbelievable dan tidak ada bandingannya. Dengan semua dosa dan hal-hal salah yang pernah aku buat, tapi DIA tetap menerima aku dengan tangan yang terbuka. Aku menyadari, DIA tidak pernah pergi dan DIA selalu ada disana.
KasihNYA sangat manis dan lembut, dan hanya DIA yang dapat aku andalkan.
Suatu hari, temanku, yang selalu mempunyai waktu untuk aku dan tempat aku berbagi tentang kasihNYA, memberikan aku sebuah buku berjudul “The Purpose Driven Life” karangan Rick Warren. Sejujurnya, membaca adalah merupakan tantangan bagiku, itu bukan salah satu hal yang menjadi kesukaanku; lalu aku berdoa dan meminta Tuhan untuk memberikan aku roh & keinginan untuk membaca buku ini; dan aku tidak pernah alpa satu haripun.

Dihari ke dua aku membaca buku itu, aku merasakan spirit hidupku mulai bangkit dalam jiwaku; aku tidak bisa mencegah diriku untuk berbagi dengan teman-temanku. Buku ini telah merubah cara aku melihat diriku dan yang lainnya. Sekarang aku dalam proses menjadi manusia seperti yang Tuhan inginkan; aku masih manusia dan aku masih memiliki kelemahan-kelemahan tetapi itu tidak akan menghalangi DIA untuk bekerja dalam hidupku.

Hari demi hari, matahari bersinar lebih terang dari sebelumnya dan aku melihat harapan. Aku memahami bahwa apapun yg terjadi padaku, terjadi untuk suatu alasan dan Tuhan akan membalikan semua itu untuk tujuanNYA.

The Purpose Driven Life membuat aku menyadari: bagaimana berharganya aku dimataNYA; bahwa aku mempunyai hak untuk berada di kerajaanNYA; bagaimana DIA menginginkan aku untuk menjadi orang yang sesuai dengan tujuan ciptaanNYA; kenapa DIA mengijinkan semuanya terjadi dalam hidupku; dan apa tujuanNYA pada diriku.
Buku ini menolong aku menemukan apa tujuan hidupku yang menyenangkan Allah-ku.

Matius 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu

Yeremiah 17:7-8
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

1 comment:

  1. hmmmm.....
    kisah yang sangat menarik.
    aku harap aku akan bisa membaca kisah-kisah lainnya.

    cobalah untuk selalu menulis, karena jenny punya kemampuan dan gaya bahasa yang bagus untuk menjadi seorang penulis:)

    ReplyDelete