By Jenny Gozali
Suatu hari temanku mengundang aku ke pertemuan. Dijalan pulang dia sms aku dan tanya "langsung pulang atau ngelanjut?" maksudnya ngelanjut malam mingguan. Aku jawab "Pulanglah, besok mo ngedate ama kekasihku." Dia tanya, "Siapa? ... yah?" dan menebak. Aku jawab "Bukan... ama si Gondrong.... di gereja." Dia ketawa hehehe
Aku cerita keteman-teman juga, sejak itu mereka sering menggunakan istilah si Gondrong dalam hal ke rohanian aku. Misalnya: "Kemarin ngedate si Gondrong?" - Kemarin ke gereja? "Udah selesai ngedate si Gondrong-nya?" - Udah pulang gereja? "Ada cerita apa dari si Gondrong?" - Firman Tuhannya mengenai apa?
Mungkin sebagian orang yang mendengar ada yang berpendapat 'koq kurang ajar sih' or 'dosa lho' ada juga yg menganggab lucu dan gak sedikit yang merasa biasa aza tuh.
Sebenarnya dosa nggak sih?
Walopun aku punya alasan untuk sebutan itu tapi aku tetap ingin mengetahui jawabannya. Aku sudah tanya kebebrapa orang, yang menurut aku pantaslah untuk aku dengar pendapatnya. Pada dasarnya kalo orang yang dapat mengerti atau memahami, mereka tidak menjadikan hal itu suatu yang jelek atau berlebihan.
So... aku tetap comfortable dengan sebutan si Gondrong-ku
Allah yang aku sembah adalah Tuhan-ku, Bapa-ku dan juga Kekasih-ku. Selama aku bisa menempatkan diriku, dimana saat aku sebagai hamba dengan Tuhan-ku, sebagai anak dari Bapa-ku dan sebagai Kekasih-nya si Gondrong-ku, aku rasa itu bukanlah hal yang salah atau dosa.
Seperti halnya kita mempunyai kekasih atau pasangan hidup, atau bahkan teman akrab. Mereka pasti punya nama jelas dan nama panggilan, tapi kadang kita punya nama panggilan atau julukan tersendiri untuk mereka. Ada yang diambil dari bagian namanya, ada yg dari kata2 yang manis, ada yang dari ciri khasnya dan ada yang dari keunikannya, asal itu berkenan dan tidak menyinggung orang itu; akan membuat hubungan menjadi lebih indah dan memiliki keakraban tersendiri, kenapa tidak?
Yesus adalah kekasihku dan mempelaiku, si Gondrong adalah panggilan akrab/mesra-ku untuk NYA ;)
~In Him~
Tuesday, June 19, 2007
My Rock Star
By Jenny Gozali
Seorang teman bertanya: "Jen... kamu Kristen apa?" lalu dia bercerita tentang pengalamannya saat dia shoot salah satu upacara gereja orang Kristen, khususnya disaat puji-pujian dan penyembahan, ada yang begini begitu.... Aku hanya tersenyum saat mendengar ceritanya, setelah selesai, aku menjawab "Yup... itu Kristen yang aku anut." dan aku menerangkan sedikit tentang apa yang dia lihat.
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku mendengar pertanyaan atau pernyataan tentang cara pujian dan penyembahan orang Kristen Pantekosta, yang cukup membingungkan bahkan mungkin menakutkan bagi orang yang belum mengerti atau memahami. Jangankan teman-ku yang berbeda kepercayaan, yang 1 (satu) kepercayaanpun, namun berbeda nama atau cara, sering mempertanyakan bahkan tak segan-segan mencemooh.
Di waktu yang berbeda, dia menanyakan lagi "...di saat seperti itu (puji-pujian dan penyembahan) apa yang kamu dapat?"
Aku bukan (well... harusnya aku bilang "belum" coz you never know) pendeta, jadi aku menjawab sebisa dan sejauh yang aku paham dan rasakan:
Saat itu aku tidak mendapatkan apa-apa, hanya suka cita. Aku/kita sudah mendapatkan keselamatan, hal yang baik dan bagus, berkat dan kebaikan, yang DIA berikan dan lakukan pada kita. Dan sebagai tanda terima kasih kita padaNYA, disaat pujian dan penyembahan itu, kita bersuka cita untuk menyenangkan hatiNYA. Jika kita merasa suka cita, senang dan bahagia sprit didalam diri kita terkadang tak terkendalikan dan masing-masing orang mempunyai cara sendiri untuk meluapkan semua itu. Itulah yang di rasaan oleh aku/kita, jadi ada tepuk tangan, menari, meloncat-loncat dan menangis.
Seperti halnya menonton concert Penyanyi atau Group Band kesukaan atau yang di idolakan. Kita sering lihat di TV atau baca surat kabar bagaimana reaksi penonton saat melihat idola mereka menyanyi atau beraksi di panggung; mereka bernyanyi, bertepuk tangan, berloncatan, berjoget, menjerit histeris bahkan ada yang sampai pingsan. Walo mereka harus mengantri jauh sebelum waktu pertunjukan dimulai dan berdesak-desakan, mereka lakukan hanya untuk melihat sang idola.
Apa yang mereka dapat saat menonton concert itu??
Disaat kita orang Kristen (Pantekosta) melakukan puji-pujian dan penyembahan, kita bersuka-cita untuk "menyenangkan hati Bapa" kita, dengan cara dan reaksi kita masing-masing yang berbeda tapi satu melody.
Seperti halnya menghadiri concert dan Rock Star-nya adalah Jesus Kristus :)
Inilah jawaban aku... semoga bisa dimengerti dan dipahami.
Tuhan menciptakan kita bermacam ragam dan masing-masing kita memiliki keunikan tersendiri, apapun cara kita untuk menyenangkan hatiNya selama itu berkenan bagiNya... tidak ada peraturan atau cara yang membatasinya; karena itu adalah antara kita dan Dia. Kita tidak harus mengikuti cara apa yang orang lakukan "just be yourself" seperti yang Tuhan ciptakan. Dan janganlah kita menghakimi atau menilai cara-cara yang berbeda dengan kita, bukan hak dan wewenang kita, biarlah hanya DIA yang menilai.
~In Him~
Seorang teman bertanya: "Jen... kamu Kristen apa?" lalu dia bercerita tentang pengalamannya saat dia shoot salah satu upacara gereja orang Kristen, khususnya disaat puji-pujian dan penyembahan, ada yang begini begitu.... Aku hanya tersenyum saat mendengar ceritanya, setelah selesai, aku menjawab "Yup... itu Kristen yang aku anut." dan aku menerangkan sedikit tentang apa yang dia lihat.
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku mendengar pertanyaan atau pernyataan tentang cara pujian dan penyembahan orang Kristen Pantekosta, yang cukup membingungkan bahkan mungkin menakutkan bagi orang yang belum mengerti atau memahami. Jangankan teman-ku yang berbeda kepercayaan, yang 1 (satu) kepercayaanpun, namun berbeda nama atau cara, sering mempertanyakan bahkan tak segan-segan mencemooh.
Di waktu yang berbeda, dia menanyakan lagi "...di saat seperti itu (puji-pujian dan penyembahan) apa yang kamu dapat?"
Aku bukan (well... harusnya aku bilang "belum" coz you never know) pendeta, jadi aku menjawab sebisa dan sejauh yang aku paham dan rasakan:
Saat itu aku tidak mendapatkan apa-apa, hanya suka cita. Aku/kita sudah mendapatkan keselamatan, hal yang baik dan bagus, berkat dan kebaikan, yang DIA berikan dan lakukan pada kita. Dan sebagai tanda terima kasih kita padaNYA, disaat pujian dan penyembahan itu, kita bersuka cita untuk menyenangkan hatiNYA. Jika kita merasa suka cita, senang dan bahagia sprit didalam diri kita terkadang tak terkendalikan dan masing-masing orang mempunyai cara sendiri untuk meluapkan semua itu. Itulah yang di rasaan oleh aku/kita, jadi ada tepuk tangan, menari, meloncat-loncat dan menangis.
Seperti halnya menonton concert Penyanyi atau Group Band kesukaan atau yang di idolakan. Kita sering lihat di TV atau baca surat kabar bagaimana reaksi penonton saat melihat idola mereka menyanyi atau beraksi di panggung; mereka bernyanyi, bertepuk tangan, berloncatan, berjoget, menjerit histeris bahkan ada yang sampai pingsan. Walo mereka harus mengantri jauh sebelum waktu pertunjukan dimulai dan berdesak-desakan, mereka lakukan hanya untuk melihat sang idola.
Apa yang mereka dapat saat menonton concert itu??
- Mendengar lagu-lagunya? Pasti sebagian besar dari mereka telah memiliki kaset atau cd-nya, terbukti saat sang idola menyanyikan lagu-lagunya, mereka turut bernyanyi.
- Melihat sang Idola? Mereka bisa atau sering lihat di TV; Ok tidak secara dekat atau langsung, disaat nonton concert itupun kebanyakan dari mereka tidak bisa melihat dari dekat atau langsung; makanya kadang disediakan layar-layar besar, apa bedanya dgn TV.
- Menikmati suasananya? Dengan mengantri berjam-jam, berdesak-desakan dan tidak ada kenyamanan; suasana apa yang bisa dinikmati?
Disaat kita orang Kristen (Pantekosta) melakukan puji-pujian dan penyembahan, kita bersuka-cita untuk "menyenangkan hati Bapa" kita, dengan cara dan reaksi kita masing-masing yang berbeda tapi satu melody.
Seperti halnya menghadiri concert dan Rock Star-nya adalah Jesus Kristus :)
Inilah jawaban aku... semoga bisa dimengerti dan dipahami.
Tuhan menciptakan kita bermacam ragam dan masing-masing kita memiliki keunikan tersendiri, apapun cara kita untuk menyenangkan hatiNya selama itu berkenan bagiNya... tidak ada peraturan atau cara yang membatasinya; karena itu adalah antara kita dan Dia. Kita tidak harus mengikuti cara apa yang orang lakukan "just be yourself" seperti yang Tuhan ciptakan. Dan janganlah kita menghakimi atau menilai cara-cara yang berbeda dengan kita, bukan hak dan wewenang kita, biarlah hanya DIA yang menilai.
~In Him~
Tuesday, June 5, 2007
Apa Yang Mendorong Kehidupan Anda?
The Purpose Driven Life ~ Bab 3
Aku Melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh perasaan iri hatinya [Pengkhotbah 4:4]
Kehidupan setiap orang didorong oleh sesuatu. Ada ratusan kondisi, nilai, emosi yang bisa mendorong kehidupan.
5 pendorong yang paling umum adalah:
1. Rasa Bersalah
Berlari dari rasa penyesalan dan menyembunyikan rasa malu. Mereka yang didorong oleh rasa bersalah dimanupulasi oleh ingatan-ingatan. Membiarkan masa lalu mengendalikan masa depan mereka; dan tanpa disadari mereka seringkali menghukum dirisendiri dengan merusak keberhasilan mereka sendiri.
Kita memang produk dari masa lalu kita, tetapi bukan berarti kita harus menjadi tawanan masa lalu kita. Tujuan Allah kepada kita lebih besar dan tidak dibatasi oleh masa lalu kita. Dia mampu melakukan hal-hal ajaib dalam sisa hidup kita, Dia ahli dalam memberi suatu awal yang baru bagi kita.
2. Kebencian dan Kemarahan
Mempertahankan kepahitan dan tidak pernah sembuh dari luka-luka yang dihasilkan. Bukannya melepaskan penderitaan melalui pengampunan, tapi sebaliknya mereka mengulanginya berkali-kali dalam pikiran mereka. Sebagian dari mereka bersikap "bungkam" menyimpan sendiri kemarahan mereka dan sebagian lainnya bersikap "amat marah" mencetuskan kepada orang lain. Kedua sikap itu tidaklah sehat dan tidaklah berguna.
Harus diingat, kebencian selalu lebih melukai kita ketimbang orang-orang yang kita benci. Mungkin mereka telah melupakan apa yang mereka perbuat kepada kita dan melanjutkan hidupnya; tapi kita masih mengabdikan masa lalu sehingga terus dipenuhi oleh penderitaan. Kita melukai diri kita sendiri dengan menyimpan kepahitan-kepahitan itu. Tidak ada yang dapat merubahnya selain kita sendiri. Demi diri kita, belajarlah dari masa lalu dan jangan mengingatnya lagi. Alkitab berkata, "Hanyalah orang bodoh saja yang mati sebab sakithatinya."
3. Rasa Takut
Ketakuatan yang mungkin diakibatkan dari pengalaman traumatis, harapan-harapan yang tidak masuk akal, bertumbuh dalam keluarga yang keras, atau bahkan genetik. Apapun penyebabnya, mereka yang didorong oleh rasa ketakutan sering kali kehilangan kesempatan-kesempatan besar karena mereka takut untuk menanggung resiko.
Ketakukan adalah penjara yang dibangun oleh diri sendiri yang menghalangi kita untuk menjadi seperti yang Allah inginkan. Kita HARUS melawannya dengan senjata iman dan kasih. Alkitab berkata, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakukan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih."
4. Materialisme
Keinginan untuk memiliki menjadi sasaran utama dalam kehidupan karena didasari oleh kesalah pahaman bahwa memiliki lebih banyak akan membuat orang lebih bahagia, lebih penting, dan lebih aman. Ketiga gagasan itu tidaklah benar! Semua itu hanya bersifat sementara dan hanya mitos yang mengatakan bahwa jika kita mendapatkan/memiliki lebih banyak, kita akan menjadi penting.
Nilai diri kita tidaklah sama dengan nilai dari apa yang kita miliki, kita perlu catat itu! Nilai kita tidak ditentukan oleh barang-barang berharga yang kita miliki; dan Allah berfirman bahwa hal-hal yang paling berharga dalam kehidupan bukanlah barang-barang! Rasa aman yang sesungguhnya hanya bisa ditemukan di dalam sesuatu yang tidak bisa diambil dari kita, yaitu hubungan kita dengan Allah kita.
5. Kebutuhan akan Pengakuan.
Mencoba menyenangkan orang lain dan membiarkan harapan-harapan orang-tua, pasangan, anak, teman atau orang lain mengendalikan kehidupan mereka. Selalu kuatir dengan apa yang orang lain akan pikir.
Berusaha menyenangkan orang lain adalah salah satu kunci menuju kegagalan dan dikendalikan oleh pendapat-pendapat orang lain adalah cara yang pasti kehilangan tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita. Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan."
Ada kekuatan-kekuatan lain yang bisa mendorong kehidupan kita, tetapi semuanya tidak akan membawa kita kepada kebahagiaan; semua itu hanya membawa kita ke jalan yang buntu: potensi yang tidak digunakan, rasa tertekan yang tidak perlu dan kehidupan yang tidak memuaskan.
Tidak ada hal yang lebih penting daripada mengetahui tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita, dan tidak ada yang bisa mengantikan kerugiannya jika kita tidak mengetahui tujuan-tujuan tersebut. Tanpa suatu tujuan, kehidupan tidak akan berarti.
Aku Melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh perasaan iri hatinya [Pengkhotbah 4:4]
Kehidupan setiap orang didorong oleh sesuatu. Ada ratusan kondisi, nilai, emosi yang bisa mendorong kehidupan.
5 pendorong yang paling umum adalah:
- Rasa Bersalah
- Kebencian dan Kemarahan
- Rasa Takut
- Materialisme
- Kebutuhan akan Pengakuan
1. Rasa Bersalah
Berlari dari rasa penyesalan dan menyembunyikan rasa malu. Mereka yang didorong oleh rasa bersalah dimanupulasi oleh ingatan-ingatan. Membiarkan masa lalu mengendalikan masa depan mereka; dan tanpa disadari mereka seringkali menghukum dirisendiri dengan merusak keberhasilan mereka sendiri.
Kita memang produk dari masa lalu kita, tetapi bukan berarti kita harus menjadi tawanan masa lalu kita. Tujuan Allah kepada kita lebih besar dan tidak dibatasi oleh masa lalu kita. Dia mampu melakukan hal-hal ajaib dalam sisa hidup kita, Dia ahli dalam memberi suatu awal yang baru bagi kita.
2. Kebencian dan Kemarahan
Mempertahankan kepahitan dan tidak pernah sembuh dari luka-luka yang dihasilkan. Bukannya melepaskan penderitaan melalui pengampunan, tapi sebaliknya mereka mengulanginya berkali-kali dalam pikiran mereka. Sebagian dari mereka bersikap "bungkam" menyimpan sendiri kemarahan mereka dan sebagian lainnya bersikap "amat marah" mencetuskan kepada orang lain. Kedua sikap itu tidaklah sehat dan tidaklah berguna.
Harus diingat, kebencian selalu lebih melukai kita ketimbang orang-orang yang kita benci. Mungkin mereka telah melupakan apa yang mereka perbuat kepada kita dan melanjutkan hidupnya; tapi kita masih mengabdikan masa lalu sehingga terus dipenuhi oleh penderitaan. Kita melukai diri kita sendiri dengan menyimpan kepahitan-kepahitan itu. Tidak ada yang dapat merubahnya selain kita sendiri. Demi diri kita, belajarlah dari masa lalu dan jangan mengingatnya lagi. Alkitab berkata, "Hanyalah orang bodoh saja yang mati sebab sakithatinya."
3. Rasa Takut
Ketakuatan yang mungkin diakibatkan dari pengalaman traumatis, harapan-harapan yang tidak masuk akal, bertumbuh dalam keluarga yang keras, atau bahkan genetik. Apapun penyebabnya, mereka yang didorong oleh rasa ketakutan sering kali kehilangan kesempatan-kesempatan besar karena mereka takut untuk menanggung resiko.
Ketakukan adalah penjara yang dibangun oleh diri sendiri yang menghalangi kita untuk menjadi seperti yang Allah inginkan. Kita HARUS melawannya dengan senjata iman dan kasih. Alkitab berkata, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakukan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih."
4. Materialisme
Keinginan untuk memiliki menjadi sasaran utama dalam kehidupan karena didasari oleh kesalah pahaman bahwa memiliki lebih banyak akan membuat orang lebih bahagia, lebih penting, dan lebih aman. Ketiga gagasan itu tidaklah benar! Semua itu hanya bersifat sementara dan hanya mitos yang mengatakan bahwa jika kita mendapatkan/memiliki lebih banyak, kita akan menjadi penting.
Nilai diri kita tidaklah sama dengan nilai dari apa yang kita miliki, kita perlu catat itu! Nilai kita tidak ditentukan oleh barang-barang berharga yang kita miliki; dan Allah berfirman bahwa hal-hal yang paling berharga dalam kehidupan bukanlah barang-barang! Rasa aman yang sesungguhnya hanya bisa ditemukan di dalam sesuatu yang tidak bisa diambil dari kita, yaitu hubungan kita dengan Allah kita.
5. Kebutuhan akan Pengakuan.
Mencoba menyenangkan orang lain dan membiarkan harapan-harapan orang-tua, pasangan, anak, teman atau orang lain mengendalikan kehidupan mereka. Selalu kuatir dengan apa yang orang lain akan pikir.
Berusaha menyenangkan orang lain adalah salah satu kunci menuju kegagalan dan dikendalikan oleh pendapat-pendapat orang lain adalah cara yang pasti kehilangan tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita. Yesus berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan."
Ada kekuatan-kekuatan lain yang bisa mendorong kehidupan kita, tetapi semuanya tidak akan membawa kita kepada kebahagiaan; semua itu hanya membawa kita ke jalan yang buntu: potensi yang tidak digunakan, rasa tertekan yang tidak perlu dan kehidupan yang tidak memuaskan.
Tidak ada hal yang lebih penting daripada mengetahui tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan kita, dan tidak ada yang bisa mengantikan kerugiannya jika kita tidak mengetahui tujuan-tujuan tersebut. Tanpa suatu tujuan, kehidupan tidak akan berarti.
Sunday, June 3, 2007
Kasih Allah Luar Biasa
By: JennyGozali
Temen-teman sadarilah kasih Allah kepada kita sungguh sangat Luar Biasa.
Sebagai manusia kita menyadasari kadang kita merasa tidak pantas berada di suatu lingkungan, malah terkadang dilingkungan keluarga kita sendiri, oleh karena kekurangan yang ada pada diri kita, perbedaan yang melekat pada kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat, atau mungkin karena kita memang tidak pernah diinginkan, dan alasan-alasan lainnya. Sehingga membuat kita menjadi kecil hati, merasa terpojok & meratapi diri sindiri.
STOP!! Jangan biarkan mata-mata manusia itu menjadikan kita orang yang lemah dan kalah. Liatlah diri kita dari mata yang Menciptakan kita. Kelahiran kita, keberadaan kita bukanlah suatu kebetulan. Allah sudah merencanakan dan merancang kita, jauh sebelum kita ada dalam benak orangtua kita. Kita ada karna kasihNya, Allah menciptakan kita untuk kesukaanNya dan Dia membuat kita bukan cuma untuk sekedar ada tp untuk suatu alasan.
Mungkin dimata manusia kita direndahkan, kita tidak berguna, kita berbeda, kita anak haram atau kita bukan anak yang diinginkan, SO WHAT?? Allah kita yang menginginkan kita ada, itu yang terpenting! Bukan mereka yang membuat kita ada, tapi Allah sendiri yang menciptakan kita dari dan karena kasihNYA.
Allah tidak pernah membuat kesalahan, Allah yang menginginkan kita ada. Dia yang merancang kita untuk setiap bagian dari tubuh kita, Dia yang memilih ras, warna kulit, rambut dan karakteristik kita. Dia juga yang menentukan keunikan pribadi kita dan talenta-talenta alami yang kita milik. Dia yang menentukan kapan, dimana dan dari mana kita lahir, dari kebangsaan mana, suku mana, dan keluarga mana; dan Dia juga yg mementukan berapa lama kita hidup. Semua Allah yang menentukan dan Dia mempunyai alasan dan tujuan dalam menciptakan kita.
Dimata Allah, kita berharga karena kita adalah ciptaanNya, yang mempunyai keunikan tersendiri baik yg terlihat (jasmani) maupun yang tidak. Kita tidak perlu menjadi orang lain hanya karena kita ingin diterima, dipandang atau dihargai. Keunikan & karakteristik kita merupakan karunia yang Dia berikan pada kita; untuk rencanaNya. Kita ada karena KasihNya. Kita tidak perlu malu akan diri kita sendiri dan menyembunyikan jati diri kita; apalagi hanya karena asal-usul dan kesalahan-kesalahan atau kegagalan-kegagalan yang pernah kita alami. KasihNya menciptakan kita dan kasihNya juga mengizinkan beban-beban yang berat dan tidak menyenangkan terjadi pada kita karena Dia mempunyai tujuan dalam hidup kita.
Lalu... Apa rencana dan tujuan Allah pada kita? Kita tidak akan pernah bisa memahami dan menemukan jawabannya jika kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri.
Tanyakan pada Allah! Dialah titik awal kita diciptakan. Dialah yang mempunyai jawabannya; dan Dia telah memberikan kita buku panduanNya, Alkitab. Didalam Firman-Nya, Dia menyatakan tentang makna & arti kehidupan untuk kita jalani. Kita dijadikan untuk Allah, menjalani hidup berarti membiarkan Allah memakai kita bagi tujuan-Nya.
Ingat... Kita ada hanya karena Allah menghendaki kita ada dan kita diciptakan oleh karena dan untuk tujuanNya, kita harus memahami ini terlebih dahulu, untuk dapat memahami dan mengerti apa rencana dan tujuan Allah pada kita.
Allah adalah titik awal dalam kehidupan kita dan Dialah sumber kehidupan kita.
Carilah Kerajaan Allah terlebih dahulu, dan kita akan mendapatkan jawabannya.
Kita semua adalah ciptaanNya yang Dia rancang, Dia tentukan dan Dia kehendaki dengan keunikan dan perbedaan-perbedaan yang ada pada kita; sebagai orang-orang Percaya, hendaklah kita tidak lagi melihat orang lain berdasarkan asal-usul atau perbedaan-perbedaan yang ada. Kita ada karna KasihNya... dan alirkanlah kasih itu kepada yang lain melalui kita yang Percaya padaNya. Kasih Allah Luar Biasa... dan masih cukup untuk diberikan kepada yang lain, buatlah itu agar namaNya dimuliakan.
~In HIM~
Temen-teman sadarilah kasih Allah kepada kita sungguh sangat Luar Biasa.
Sebagai manusia kita menyadasari kadang kita merasa tidak pantas berada di suatu lingkungan, malah terkadang dilingkungan keluarga kita sendiri, oleh karena kekurangan yang ada pada diri kita, perbedaan yang melekat pada kita, kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat, atau mungkin karena kita memang tidak pernah diinginkan, dan alasan-alasan lainnya. Sehingga membuat kita menjadi kecil hati, merasa terpojok & meratapi diri sindiri.
STOP!! Jangan biarkan mata-mata manusia itu menjadikan kita orang yang lemah dan kalah. Liatlah diri kita dari mata yang Menciptakan kita. Kelahiran kita, keberadaan kita bukanlah suatu kebetulan. Allah sudah merencanakan dan merancang kita, jauh sebelum kita ada dalam benak orangtua kita. Kita ada karna kasihNya, Allah menciptakan kita untuk kesukaanNya dan Dia membuat kita bukan cuma untuk sekedar ada tp untuk suatu alasan.
Mungkin dimata manusia kita direndahkan, kita tidak berguna, kita berbeda, kita anak haram atau kita bukan anak yang diinginkan, SO WHAT?? Allah kita yang menginginkan kita ada, itu yang terpenting! Bukan mereka yang membuat kita ada, tapi Allah sendiri yang menciptakan kita dari dan karena kasihNYA.
Allah tidak pernah membuat kesalahan, Allah yang menginginkan kita ada. Dia yang merancang kita untuk setiap bagian dari tubuh kita, Dia yang memilih ras, warna kulit, rambut dan karakteristik kita. Dia juga yang menentukan keunikan pribadi kita dan talenta-talenta alami yang kita milik. Dia yang menentukan kapan, dimana dan dari mana kita lahir, dari kebangsaan mana, suku mana, dan keluarga mana; dan Dia juga yg mementukan berapa lama kita hidup. Semua Allah yang menentukan dan Dia mempunyai alasan dan tujuan dalam menciptakan kita.
Dimata Allah, kita berharga karena kita adalah ciptaanNya, yang mempunyai keunikan tersendiri baik yg terlihat (jasmani) maupun yang tidak. Kita tidak perlu menjadi orang lain hanya karena kita ingin diterima, dipandang atau dihargai. Keunikan & karakteristik kita merupakan karunia yang Dia berikan pada kita; untuk rencanaNya. Kita ada karena KasihNya. Kita tidak perlu malu akan diri kita sendiri dan menyembunyikan jati diri kita; apalagi hanya karena asal-usul dan kesalahan-kesalahan atau kegagalan-kegagalan yang pernah kita alami. KasihNya menciptakan kita dan kasihNya juga mengizinkan beban-beban yang berat dan tidak menyenangkan terjadi pada kita karena Dia mempunyai tujuan dalam hidup kita.
Lalu... Apa rencana dan tujuan Allah pada kita? Kita tidak akan pernah bisa memahami dan menemukan jawabannya jika kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri.
Tanyakan pada Allah! Dialah titik awal kita diciptakan. Dialah yang mempunyai jawabannya; dan Dia telah memberikan kita buku panduanNya, Alkitab. Didalam Firman-Nya, Dia menyatakan tentang makna & arti kehidupan untuk kita jalani. Kita dijadikan untuk Allah, menjalani hidup berarti membiarkan Allah memakai kita bagi tujuan-Nya.
Ingat... Kita ada hanya karena Allah menghendaki kita ada dan kita diciptakan oleh karena dan untuk tujuanNya, kita harus memahami ini terlebih dahulu, untuk dapat memahami dan mengerti apa rencana dan tujuan Allah pada kita.
Allah adalah titik awal dalam kehidupan kita dan Dialah sumber kehidupan kita.
Carilah Kerajaan Allah terlebih dahulu, dan kita akan mendapatkan jawabannya.
Kita semua adalah ciptaanNya yang Dia rancang, Dia tentukan dan Dia kehendaki dengan keunikan dan perbedaan-perbedaan yang ada pada kita; sebagai orang-orang Percaya, hendaklah kita tidak lagi melihat orang lain berdasarkan asal-usul atau perbedaan-perbedaan yang ada. Kita ada karna KasihNya... dan alirkanlah kasih itu kepada yang lain melalui kita yang Percaya padaNya. Kasih Allah Luar Biasa... dan masih cukup untuk diberikan kepada yang lain, buatlah itu agar namaNya dimuliakan.
~In HIM~
Subscribe to:
Posts (Atom)